Skenario
seizure
Ners,, anak saya
kenapa??
An . A umur 3 tahun dibawa oleh kelurga ke RS karena
tiba-tiba mengalami kejang, keluarga mengatakan saat An. A masih didalam
kandungan ibunya mengonsomsi minuman keras dan saat lahir An. A mengalami
trauma kepala. Dari hasil CT scan kepala ditemukan adanya lesi pada otak dan
hasil pemeriksaan kimia darahnya BUNnya meningkat.
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Nama pasien : An. A Tanggal : 16 oktober 2014
Umur : 3 tahun Ruangan :
·
Diagnosa medis : seizure
·
Tindakan
keperawatan yang dilakukan :
·
Primary survey:
A: klien mengatupkan giginya sehingga
menghalangi jalan napasnya.
B:pernapasan klien cepat, peningkatan sekresi mukus, dan kulit tampak pucat
bahkan sianosis.
C: terjadi peningkatan nadi dan
siaonis biasanya pasien tidak sadar.
D: Klien bisa sadar
atau tidak tergantung pada jenis serangan atau karakteristik dari epilepsi yang
diderita. Biasanya pasien merasa bingung, dan tidak teringat kejadian saat
kejang
E: pakaian pasien di buka untuk melihat adanya trauma akibat kejang.
·
Web of caution
·
Data penting (subjektif dan
objektif)
a.
Subjektif : Keluarga klien
menyatakan anaknya tidak sadarkan diri.
Keluaga
menyatakan anaknya sering mengalami kejang
b.
Objektif : Klien tampak pucat,
pernapasannya cepat dan susah bernapas
Klien tampak
kejang
·
Diagnosa keperawatan
ü
Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, peningkatan
sekresi mucus
·
Tujuan dan kriteria hasil
ü
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x 24 jam mka diharapkan:
o
Pola
pernapasan efektif dengan jalan napas paten
·
Intervensi keperawatan
ü Anjurkan
klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat
lainnya jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika
kejang terjadi tanpa ditandia gejala awal
ü Letakkan
klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan
kejang
ü Tanggalkan
pakaian pada daerah leher, dada, dan abdomen
ü Masukkan
spatel lidah/jalan napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi
·
Prinsip-prinsip tindakan dan rasional
ü Menurunkan
resiko aspirasi atau masuknya benda asing ke faring
ü Meningkatkan
aliran (drainase) secret, mencegah lidah jatuh sehingga menyumbat jalan napas
ü Untuk
memfasilitasi usaha bernapas
ü encegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat
melakukan penghisapan lender. Jalan napas buatan mungkin diindikasikan setelah
meredanya aktivitas kejang jika pasien tersebut tidak sadar dan tidak dapat
mempertahankan posisi lidah yang aman
·
bahaya-bahaya yang
mungkin muncul terjadi akibat tindakan tersebut dan cara
pencegahannya.
·
Hasil yang didapat
ü Subjektif
o Keluarga mengatakan
pasien tidak kejang lagi
o Keluarga mengatakan pasien telah sadar
ü Objektif
·
Identifikasi
tindakan keperawatan lainnya yang dilakukan untuk mengatasi masalah/diagnosa
tersebut secara mandiri dan kolaborasi
·
Evaluasi diri
SEIZURE ATAU
EPILEPSI
1.
Pengertian
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri
timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang
yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat
reversibel dengan berbagai etiologi.akibat dari pembebasan listrik yang tidak
terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan
tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan
fenomena sensori.
2.
Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik).
Sering terjadi pada:
1.
Trauma lahir, PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Upaya sosial
luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan
epilepsi.Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat
antikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan.Cedera kepala merupakan salah
satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan
yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup
aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala.
Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar
belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi)
harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak
atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama
kehamilan dan persalinan. Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan
kejang pada usia dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan
penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya
hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.
Kejang yang
tiba-tiba datang pada penderita epilepsi dapat dicegah dengan cara:
Demam tinggi pada penderita dapat diatasi
dengan cara memberi obat demam dengan penurun panas dan kompres dengan lap
hangat (lebih kurang panasnya dengan suhu badan si penderita) selama kurang
lebih 15 menit, bila mencapai 38.5 derajat celcius atau lebih.
Jangan melakukan pengkompresan dengan lap
yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak (akan terjadi benturan
kuat karena atara suhu panas tubuh si penderita dengan lap pres dingin).
Minum obat resep dokter secara teratur.
Sediakan obat anti kejang lewat dubur di
rumah jika kejang membuat penderita tidak mungkin meminum obat.
Sedia selalu obat penurun panas di rumah
seperti parasetamol.
2. Pertolongan Pertama Untuk Epilepsi
Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh
lainnya dari benda keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda
berbahaya. Jika pasien di tempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar
tempat tidur.
Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan
kepalanya kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.Jangan
berusaha untuk membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk
memasukkan sesuatu.
Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan
benda keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah.Jika aira
mendahului kejang, masuka spatel lidah yang diberi bantalan diantara gigi-gigi
untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
Penyandang akan bingung atau mengantuk
setelah kejang. Biarkan penderita beristirahat.
Laporkan adanya serangan pada kerabat
terdekatnya. Ini penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter.
Bila serangan berulang-ulang dalam waktu
singkat atau penyandang terluka berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit
terdekat.
3. Pengobatan
Pengobatan
epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat
antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan
obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan
minum obat (compliance) serta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti
pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.
Penyembuhan
akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis
epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang
yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th.Penghentian pengobatan selalu harus
dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila
pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.
Farmakoterapi
anti konvulsion untuk mengontrol kejang. Obat-obatan ini mengontriol kejang 50%
sampai 60% mengalami kejang berulang dan memberikan control parsial 15% sampai
35%.
Pembedahan untuk pasien epilepsi akibat tumor otak,
abses, kista atau adanya anomali vaskuler. Tujuan pembedahan adalah untuk
mengangkat jaringan otak sesedikit mungkin sehingga aktivitas kejang akan
tereliminasi atau berkurang secara bermakna.
Jenis obat
yang sering digunakan:
Phenobarbital (luminal)→Paling sering
dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.
Primidone (mysolin)→Di hepar primidone di
ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin:
• Dari kelompok senyawa hidantoin yang
paling banyak dipakai ialah DPH.
• Berhasiat terhadap epilepsi grand mal,
fokal dan lobus temporalis. Tak berhasiat terhadap petit mal.
• Efek samping yang dijumpai ialah
nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
Carbamazine (tegretol):
• Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin
disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga
carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.
• Sifat ini menguntungkan penderita
epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.
• Efek samping yang mungkin terlihat
ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan
gangguanfungsi hati.
Diazepam:
• Biasanya dipergunakan pada kejang yang
sedang berlangsung (status konvulsi).
• Pemberian i.m. hasilnya kurang
memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra
rektal.
Nitrazepam (inogadon)→Terutama dipakai untuk
spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
Ethosuximide (zarontine)→Merupakan obat
pilihan pertama untuk epilepsi petit mal.
Na-valproat (dopakene):
• Obat pilihan kedua pada petit mal.
• Pada epilepsi grand mal pun dapat
dipakai.
• Obat ini dapat meninggikan kadar GABA
di dalam otak.
• Efek samping mual, muntah, anorexia.
Acetazolamide (diamox):
• Kadang-kadang dipakai sebagai obat
tambahan dalam pengobatan epilepsi.
• Zat ini menghambat enzim
carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya
membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
ACTH→Seringkali memberikan perbaikan yang
dramatis pada spasme infantil.
2.
Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.
Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.
Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.
Tumor Otak
6.
Kelainan pembuluh darah
Ditinjau
dari penyebabnya, epilepsy dibagi menjadi 2, yaitu :
1.Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi
primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan pada
jaringan otak.Diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat
kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.
2. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
Epilepsi
yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak.
Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawah sejak lahir atau adanya jaringan
parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa
perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum
kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi,
fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus
alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.
3.Penyebab spesifik epilepsi :
1.Kelainan
yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan
obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum
alcohol, atau mengalami cidera.
2.Kelainan
yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak
(hipoksia), kerusakan karena tindakan.
3. Cidera
kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak.
4.Tumor otak
merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada anak-anak.
5. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan
pembuluh darah otak.
6. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak, yaitu
encephalitis dan meningitis. Organ-organ dari CNS (otak dan medulla spinalis)
dilapisi oleh tiga lapisan jaringan konektifyang disebut dengan meningen dan
berisikan pia meter, arachnoid, dan durameter.Meningen ini membantu menjaga
aliran darah dan cairan cerebrospinal.Struktur-struktur ini merupakn yang dapat
terjadi meningitis, inflamasi meningitis, dan jika terjadi keparahan maka dapat
menjadi encephalitis, dan inflamasi otak.
7. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU),
sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang
berulang.
8.Kecerendungan
timbulnya epilepsy yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena ambang rangsang
serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak.
9.Gangguan
mekanisme biologis : abnormalitas dalam otak yang menyebabkan sejumlah
sel-sel syaraf dan kortex serebral menjadi aktif secara serempak, memancarkan
secara tiba-tiba, dan peledakan yang berlebihan dari energy elektrikal. Hal ini
meliputi kerja dari kanal-kanal ion dan neurotransmitter (Gamma aminobutyric
acid (GABA), Serotonin, Acetylcholine ).
3. Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik)
dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik).Otak ialah
rangkaian berjuta-juta neron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan
mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui
sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Acetylcholine
dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni
GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas
listrik saraf dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber
gaya listrik saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini
aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di
sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat
mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan
terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian
tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya
kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik
dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya
akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian
akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
Kejang
terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus
kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik.Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang
berlebihan tersebut.Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum
kemungkinan besar bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang
otak umumnya tidak memicu kejang.
3. Klasifikasi Epilepsi
1.Partial Seizures (also called
Focal Seizures) / Sawan Parsial (lokal, fokal)
a. Simple
partial seizures. Seseorang dengan simple partial seizure(kadang-kadang dikenal
sebagai jacksonian epilepsy)tidak kehilangan kesadaran, tetapi mungkin
mengalami kebingungan, linglung, atau odd mental dan kejadian-kejadian
emosional . seperti dejavu, halusinasi, respon ekstrim terhadap bau dan
rasa.Sawan Parsial Sederhana merupakan sawan parsial dengan
kesadaran tetap normal.
Dengan
gejala motorik :
1.
Fokal motorik tidak menjalar: sawan terbatas pada satu bagian tubuh saja.
2. Fokal motorik menjalar : sawan
dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga
epilepsi Jackson.
3. Versif :
sawan disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh.
4. Postural :
sawan disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu.
5. Disertai gangguan fonasi : sawan
disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi
tertentu
Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial:
sawan disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera dan
bangkitan yang disertai vertigo.
1. Somatosensoris:
timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.
2.
Visual : terlihat cahaya.
3.
Auditoris : terdengar sesuatu.
4.
Olfaktoris : tercium sesuatu.
5.
Gustatoris : terkecap sesuatu.
6. Disertai
vertigo.
Dengan
gejala psikis (gangguan fungsi luhur) :
1. Disfagia :
gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian kalimat.
2. Dimensia : gangguan proses ingatan
misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya.
Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lalu, merasa seperti
melihatnya lagi.
3.
Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
4.
Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
5.Ilusi :
perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.
6. Halusinasi kompleks (berstruktur) :
mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu, dll.
b. Complex Partial Seizures.Sawan Parsial
Kompleks (disertai gangguan kesadaran)seizure ini lebih banyak terjadi pada
anak-anak yangmerupakan tipe yang kompleks.Sekitar 80% dari penyakit ini
memulainya pada lobus temporal, bagian otak yang tertutup terhadap pedengaran.
Gangguan ini dapat berdampak terhadap kehilangan kemampuan untuk membuat
keputusan, tingkah laku yang tidak terkontrol, atau emosional dengan
pandangan kosong. Sakit kepala yang berdenyut mungkin ada pada complex
partial seizure.
c.Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum
(tonik-klonik, tonik, klonik).
1. Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi
bangkitan umum.
2. Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi
bangkitan umum.
3. Sawan parsial sederhana yang menjadi
bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi
4. Manifestasi klinis
Fase dari aktivitas kejang adalah fase prodromal,
aura, iktal, dan posiktal. Fase prodormal meliputi perubahan alam perasaan atau
tingkah laku yang mungkin mengawali kejang beberapa jam atau beberapa hari.
Fase aura adalah awal dari munculnya aktivitas kejang dan mungkin berupa
gangguan penglihatan, pendengaran, atau rasa raba.Fase iktal merupakan fase
dari aktivitas kejang, yaitu biasanya terjadi gangguan muskuloskelektal.Fase
posiktal adalah periode waktu dari kekacauan mental/somnolen/peka rangsang yang
terjadi setelah kejang tersebut.
5. Komplikasi
1.Dampak
pada anak-anak
Long-Term General Effects.Secara umum
untuk efek jangka lama dari kejang sangat bergantung pada penyebabnya.
Anak-anak yang mengalami epoilepsi akan berdampak terhadap kondisi yang
spesifik (contohnya injuri kepala dan gangguan syaraf) mempunyai mortalitas
lebih tinggi dari pada populsi normal.
Effect on Memory and Learning. Secara umum
anak-anak yang mengalami kejang akan lebih berdampak pada perluasan gangguan
otak dan akan terjadi keburukan. Anak dengan kejang yag tidak terkontrol
merupakan faktor resiko terjadinya kemunduran intelektual.
Social and Behavioral Consequences.Gangguan
pengetahuan dan bahasa, dan emosi serta gangguan tingkahlaku, terjadi pada
sejumlah anak dengan beberapa sindrom epilepsy parsial. Anak-anak tersebut
biasanya berpenapilan denagn sikap yang burk dibandingkan dengan anak-anak
lainnya.
2. Dampak
pada dewasa
Effect on Mental Functioning in
Adults.Dampak dari epilepsy dewasa adalah pada fungsi mental
yang tidak benar.
Psychological Health.
Kira-kira 25-75% orang dewasa dengan epilepsy menunjukan tanda-tanda
depresi.Orang dengan epilepsi mempunyai resiko tinggi untuk bunuh diri, setelah
6 bulan didiagnosa.Resiko bunuh diri terbesar diantara orang-orang yang terkena
epilepsy dan mengarah pada kondisi psikiatrik seperti depresi, gangguan
ansietas, skizoprenia, dan penggunaan alcohol kronik.
Overall Health. Beberapa
pasien dengan epilepsi menggambarkan dirinya dengan wajar atau buruk, orang
dengan epilepsy juga melaporkan ambang nyeri yang lebih besar, depresi dan
ansietas, serta gangguan tidur.faktanya kesehatan mereka dapat disamakan dengan
orang dengan penyakit kronik, meiputi arthritis, masalah jantung, diabetes, dan
kanker.
3.Dampak
pada kesehatan seksual dan reproduksi
on Sexual Function. Pasien
dengan epilepsi akan mengalami gangguan sexual, meliputi impotensi pada
laki-laki. Penyebab-penybab dari masalah-masalah tersebut kemungkinan emosi,
indusi medikasi, atau menghasilkan perubahan pada tingkat hormone.
Epilepsy pada childhood dapat
mengakibatkan gangguan pada pengaturan hormone puberitas.
Kejang yang
persisten pada adult dapat dihubungkan dengan hormonal-hormonal lain dan perubahan
neurologi yang berkontribusi terhada disfungsi seksualitas.
Emosi
negatif yang mengarah pada epilepsy dapat mengurangi perjalanan seksual.
6. Pemeriksaan
Penunjang
1. Elektroensefalogram
(EEG)
Digunakan untuk mengklasifikasi tipe kejang,
waktu serangan.EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti
ketidaknormalan gelombang.Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada
kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan)
neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat
kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi
akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat
diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran
tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau
risiko epilepsi.
2. Neuroimaging
Yang
termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain:
a. CT
Scan
Digunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal
abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral. Merupakan
test gambaran otak pertama yang dianjurkan untuk banyak anak dan dewasa dengan
kejang awal. Teknik gambaran ini cukup sensitive untuk berbagai tujuan.
Teknik penggambaran yang lebih sensitive dibandingkan
dengan x-ray, mengikuti makna yang tinggi terhadap struktur tulang dan
jaringan-jaringan yang lunak.clear images dari orga-organ seperti otak, otot,
struktur join, vena, dan arteri.
b. MRI
(magnetic resonance imaging) kepala.
Digunakan untuk melihat ada tidaknya neuropati
fokal.MRI lebih disukai karena dapat mendeteksi lesi kecil (misalnya lesi
kecil, malformasi pembuluh, atau jaringan parut) di lobus temporalis.Gambaran
dari MRI dapat digunakan untuk persiapan pembedahan.
Kedua pemeriksaan tersebut tidak dianjurkan pada
kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.
3. Kimia
darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
4. Pungsi Lumbar. Pungsi lumbar adalah
pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang
belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.Pemeriksaan ini dilakukan
setelah kejang demam pertama pada bayi.
5. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar
elektrolit, kalsium, fosfor, magnsium, atau gula darah tidak rutin dilakukan
pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk
mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.
7. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas
harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi.Resiko epilepsi muncul pada bayi
dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi yang digunakan sepanjang
kehamilan.Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah.
Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang
aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan
epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga
kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan,
diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama
hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering
terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan. Program skrining untuk
mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pencegahan
kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana
dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.
Kejang yang
tiba-tiba datang pada penderita epilepsi dapat dicegah dengan cara:
1.
Demam tinggi pada penderita dapat
diatasi dengan cara memberi obat demam dengan penurun panas dan kompres dengan
lap hangat (lebih kurang panasnya dengan suhu badan si penderita) selama kurang
lebih 15 menit, bila mencapai 38.5 derajat celcius atau lebih.
2.
Jangan melakukan pengkompresan
dengan lap yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak (akan terjadi
benturan kuat karena atara suhu panas tubuh si penderita dengan lap pres
dingin).
3.
Minum obat resep dokter secara
teratur.
4.
Sediakan obat anti kejang lewat
dubur di rumah jika kejang membuat penderita tidak mungkin meminum obat.
5.
Sedia selalu obat penurun panas di
rumah seperti parasetamol.
2.Pertolongan Pertama Untuk Epilepsi
a. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya
dari benda keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
Jika pasien di tempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat
tidur.
b.Longgarkan bajunya.Bila mungkin, miringkan kepalanya
kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.Jangan berusaha
untuk membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk memasukkan
sesuatu.
c. Biarkan kejang berlangsung.Jangan memasukkan benda
keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah.Jika aira
mendahului kejang, masuka spatel lidah yang diberi bantalan diantara gigi-gigi
untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
d. Penyandang akan bingung atau mengantuk setelah kejang.
Biarkan penderita beristirahat.
e. Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya.Ini
penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter.
f. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau
penyandang terluka berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.
3. Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah
pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk
mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang
lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance)
serta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi,
mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40%
anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan
etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat
pengobatan bisa lebih dari 5th.Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan
secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan
tidak memberikan efek sama sekali.
Farmakoterapi anti konvulsion untuk
mengontrol kejang. Obat-obatan ini mengontriol kejang 50% sampai 60% mengalami
kejang berulang dan memberikan control parsial 15% sampai 35%.
Pembedahan
untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya anomali
vaskuler. Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat jaringan otak sesedikit
mungkin sehingga aktivitas kejang akan tereliminasi atau berkurang secara
bermakna.
Obat-obat yang sering digunakan:
1.
Phenobarbital (luminal)→Paling
sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.
2.
Primidone (mysolin)→Di hepar
primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
3.
Difenilhidantoin (DPH, dilantin,
phenytoin:
4.
Dari kelompok senyawa hidantoin yang
paling banyak dipakai ialah DPH.
5.
Berhasiat terhadap epilepsi grand
mal, fokal dan lobus temporalis. Tak berhasiat terhadap petit mal.
6.
Efek samping yang dijumpai ialah
nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
7.
Carbamazine (tegretol):
8.
Mempunyai khasiat psikotropik
yangmungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin
juga carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.
9.
Sifat ini menguntungkan penderita
epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.
10. Efek samping
yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi
sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.
11. Diazepam:
12. Biasanya
dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi).
13. Pemberian
i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan
i.v. atau intra rektal.
14. Nitrazepam
(inogadon)→Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
15. Ethosuximide
(zarontine)→Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal.
16. Na-valproat
(dopakene):
17. Obat pilihan
kedua pada petit mal.
18. Pada
epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
19. Obat ini
dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
20. Efek samping
mual, muntah, anorexia.
21. Acetazolamide
(diamox):
22. Kadang-kadang
dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.
23. Zat ini
menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Naberkurang
akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
24. ACTH→Seringkali
memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar