BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Urtikaria adalah suatu reaksi pada
kulit yang timbul mendadak (akut) karena
pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan perembesan
cairan dari pembuluh darah.
Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat
bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang
cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan,
meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau
tertusuk.
Dalam perjalanan penyakitnya dikenal
2 macam urtikaria, yaitu : urtikaria
akut yang timbul mendadak dan hilang dengan cepat serta urtikaria kronis yang
timbul berulang-ulang atau berlangsung tiap hari selama lebih dari 6 minggu, urtikaria
kronik ditandai dengan bengkak yang edema, diikuti dengan rasa gatal,
papula pada kulit.
Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama
lain biduran atau kaligata.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar urtikaria?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada
pasien urtikaria?
1.3
TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini
antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Integumen.
2. Untuk menambah dan memperluas ilmu
pengetahuan tentang penyakit urtikaria.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFENISI
Urtikaria merupakan suatu keadaan
yang ditandai dengan timbulnya utrika atau edema setempat yang menyebabkan
penimbulan diatas permukaan kulit yang disertai rasa sangat gatal ( Ramali,
Ahmad. 2000).
Jadi
urtikaria merupakan reaksi dari pembuluh darah yang berupa erupsi pada kulit
yang berbatas tegas dan menimbulkan bengkak berwarna merah, memutih bila ditekan dan disertai pruritus yang
hebat.
Urtikaria dapat berlangsung secara
akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit
sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain. Satu
episode akut umumnya berlangsung 24-48 jam.
2.2
ETIOLOGI
Urtikaria diduga disebabkan oleh
beberapa hal:
1. Obat
Obat dapat
menimbulkan urtikaria baik secara imunologik maupun secara nonimunologik. Hampir semua
obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologi tipe I atau II. Contohnya
ialah obat – obat golongan penisilin, analgesik dan lain-lain. Adapun obat
secara nonimunologi langsung merangsang sel mas untuk melepaskan histamin,
misalnya kodein, opium
dan lain-lain.
2. Makanan
Makanan berupa protein atau berupa bahan lainnya yang
dicampurkan ke dalami zat warna, penyedap rasa,
atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika. Contoh makanan yang
sering menimbulkan urtikaria adalah telur, sea food, kacang-kacangan dan lain-lain.
3. Gigitan atau Sengatan Serangga
Gigitan atau
sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat, hal ini
diperantai oleh IgE (Tipe I) dan tipe seluler (tipe IV).
4. Inhalan
Inhalan berupa
serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang, dan aerosol,
umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergi (Tipe I).
5. Trauma Fisik
Trauma fisik
dapat diakibatkan oleh faktor dingin, ; faktor panas, dan faktor tekanan menyebabkan
urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik.
6. Infeksi
Bermacam-macam
infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur,
maupun investasi parasit.
7. Genetik
Faktor genetik
ternyata berperan pentik pada urtikaria dan angioedema, menunjukkan penurunan
autosoma dominan.
2.3 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi hipersensifitas. Pada awalnya
alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast untuk membentuk antibodi
IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel mast.
Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya,
maka alergen akan berikatan dengan igE yang sudah berikatan dengan sel mast
sebelumnya. Akibat dari ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi
sel mast yang mengakibatkan sel mast akan mengalami degranulasi dan pada
akhirnya sel mast akan mengeluarkan histamin yang ada di dalamnya. Perlu
diketahui bahwa sel mast adalah mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala
yang terjadi pada seseorang yang mengalami urtikaria.
Pada urtikaria, maka gejala yang akan terjadi dapat meliputi
merah, gatal dan sedikit ada benjolan pada permukaan kulit, yang menyebabkan
hal itu terjadi yaitu, pada dasarnya sel mast ini sendiri terletak didekat
saraf perifer, dan pembuluh darah. Kemerahan dan bengkak yang terjadi karena
histamin yang dikeluarkan sel mast itu menyerang pembuluh darah yang
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Gatal yang terjadi juga
diakibatkan karena histamin menyentuh saraf perifer.
2.4
MANIFESTASI KLINIS
1. Timbulnya
bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik merah ini dapat
mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering
disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang panas pada sekitar benjolan
tersebut.
3. terjadi
angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan, terutama di sekitar
mata, bibir dan di dalam orofaring.
4. Adanya
pembengkakan, kadang-kadang bisa menutupi mata secara keseluruhan dan
mengganggu jalan udara untuk pernafasan.
5. Tiap lesi
akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul lesi baru.
2.5
KLASIFIKASI
1. Urtikaria Akut
Urtikaria akut
hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang sering terjadi
penyebabnya adalah:
·
Adanya kontak
dengan tumbuhan ( misalnya jelatang ), bulu binatang/makanan.
·
Akibat
pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan dan kerangan-kerangan.
·
Akibat memakan
obat misalnya aspirin dan penisilin.
2. Urtikaria Kronis
Biasanya berlangsung beberapa
minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada bentuk urtikaria ini jarang
didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.
3. Urtikaria Pigmentosa
Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa
hiperpigmentasi yang berlangsung sementara, kadang-kadang disertai pembengkakan
dan pruritus.
4. Urtikaria Sistemik (Prurigo
Sistemik)
Adalah suatu bentuk prurigo yang sering
kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa urtikaria popular yaitu urtikaria
yang berbentuk popular-popular yang berwarna kemerahan.
2.6 KOMPLIKASI
1. Urtikaria dan angiodema dapat
menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga
menyebabkan stres psikologis dan mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti
pada penderita penyakit jantung.
2. Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh
tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura
dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan antihistamin bisa
menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang
berat bisa mempengaruhi kualitas hidup.
2.7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan
komplemen
2. Skin test
3. Pemeriksaan darah, urin dan feses
4. Test
provokasi
5. Test
eliminasi makanan
6. Pemeriksaan histopatologik
7. Test alergi
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
·
Hindari
alergen yang diketahui. Termasuk beberapa
makanan
dan penyedap makanan, obat-obatan dan beberapa situasi seperti panas dan
dingin.
·
Hindari pengobatan yang dapat
mencetuskan urtiakria
seperti antibiotik golongan penisilin, aspirin dan
lainnya.
·
Membuat catatan. Mencatat kapan dan
dimana urtikaria
terjadi dan apa yang kita makan. Hal ini akan membantu
anda dan dokter untuk mencari penyebab urtikaria.
2. Pengobatan
Pada kebanyakan keadaan, urtikaria
merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang memerlukan sedikit pengobatan
lainnya, selain dari antihistamin. Hidroksizin (Atarax) 0,5 ml/kg, merupakan
salah satu antihistamin yang paling efektif untuk mengendalikan urtikaria,
tetapi difenhidramin (Benadryl), 1,25 mg/kg, dan antihistamin lainnya juga
efektif. Jika perlu, dosis ini dapat diulangi pada interval 4-6 jam.
Epinefrin 1 : 1000, 0,01 ml/kg,
maksimal 0,3 ml, biasanya menghasilkan penyembuhan yang cepat atas urtikaria
akut yang berat. Hidroksizin (0,5 ml/kg setiap 4-6 jam) merupakan obat pilihan
untuk urtikaria kolinergik dan urtikaria kronis.
Penggunaan bersama antihistamin tipe
H1 dan H2 kadang-kadang membantu mengendalikan urtikaria kronis. Antihistamin H2
saja dapat menyebabkan eksaserbasi urtikaria. Siproheptadin (Periactin) (2-4 mg
setiap 8-12 jam) terutama bermanfaat sebagai agen profilaksis untuk urtikaria
dingin. Siproheptadin dapat menyebabkan rangsangan nafsu makan dan penambahan
berat pada beberapa penderita.
Tabir surya merupakan satu-satunya
pengobatan yang efektif untuk urtikaria sinar matahari.
Kortikosteroid mempunyai pengaruh yang
bervariasi pada urtikaria kronis ; dosis yang diperlukan untuk mengendalikan
urtikaria sering begitu besar sehingga obat-obat tersebut menimbulkan efek
samping yang serius. Urtikaria kronis sering tidak berespons dengan baik pada
manipulasi diet. Sayang sekali, urtikaria kronis dapat menetap selama
bertahun-tahun.
2.9 ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identitas Pasien
Nama :...............
Umur :...............
Jenis
Kelemin :...............
b. Riwayat
Kesehatan
·
Keluhan
utama
Merupakan
gambaran yang dirasakan klien sehingga datang ke RS untuk menerima pertolongan
dan mendapatkan perawatan serta pengobatan. Contohnya: pasien mengatakan gatal
di daerah tubuh tertentu.
·
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Menguraikan keluhan secara PQRST. Misalnya : pasien
mengatakan
nyeri beberapa lama, dimana letak nyeri dan lain-lain.
·
Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
Merupakan
riwayat kesehatan yang berkaitan dengan penyakit sebelumnya dan riwayat
pemeriksaan klien.apakah alergi terhadap zat makanan,cuaca,obat-obatan, dan
sebagainya.
·
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Memuat riwayat adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit
yang sama
adakah anggota keluarga yang menderita penyakit akut atau kronis serta
melampirkan genogram klien.
c.
Pemeriksaan Fisik
·
Inspeksi
: permukaan kulit banyak terdapat lesi dan bekas garukan.
·
Palpasi
: adanya nyeri karena inflamasi.
2. Diagnosa Keperawatan
·
Gangguan
citra diri tubuh berhubungan dngan angioedema.
DO:
banyak terdapat lesi pada kulit
DS:
pasien mengatakan malu
Tujuan:
Agar
dapat mengekspresikan perasaan dan masalah yang menyebabkan penurunan citra
tubuh.
Intervensi:
a. Kaji makna perubahan pada pasien
b. Bersikap realistis dan positif
selama pengobatan.Pada
penyuluhan kesehatan dan menyusun
tujuan dalam keterbatasan.
c. Dorong interaksi keluarga dan dengan
tim rehabilitas.
d. Berikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan
Perasaan mereka.
·
Gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan gatal.
DO:
banyak terlihat bekas garukan pada kulit
DS:
pasien mengatakan sulit tidur karena gatal-gatal.
Tujuan:
Kebutuhan
istirahat pasien terpenuhi dan pruritus hilang atau berkurang.
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan tidur pasien sebelum
dan selama sakit.
b. Berikan posisi yang nyaman.
c. Ciptakan lingkungan yang btenang dan
nyaman.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari mengonsumsi
makanan atau minuman yang berkafein pada malam hari.
·
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakitnya.
DO:
pasien terlihat Gelisah
DS:
pasien mengatakan takut
Tujuan:
Cemas hilang atau berkurang.
Intervensi:
a. Observasi tingkat kecemasan pasien.
b. Beri kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan perasaanya.
c. Bina hubungan yang baik antara
perawat dengan pasien.
d. Beri dorongan spiritual.
e. Beri penjelasan tentang penyakit
yang dideritanya.
·
Resiko kerusakan jaringan kulit berhubungan
dengan vasodilatasi subkutan.
DO:
pada permukaan kulit banyak terdapat lesi.
DS:
pasien mengatakan nyeri
Tujuan:
Tidak terjadi kerusakan jaringan kulit.
Intervensi:
a. Kaji dan catat keadaan dan warna
kulit.
b. Pijat kulit dengan lembut.
c. Anjurkan pasien untuk tidak
menggaruk.
d. Kompres atau mandi air hangat dengan
mencampurkan koloid avenoo oatmeal.
·
Resiko
infeksi b.d. adanya luka akibat gangguan integritas kulit
DO:
terdapat papula dan vesikel pada kulit.
DS:
pasien mengatakan gatal dan nyeri.
Tujuan:
Tidak terjadi Infeksi
Intervensi:
a. Observasi adanya tanda-tanda
infeksi.
b. Jaga lingkungan pasien agar tetap
bersih.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Urtikaria adalah reaksi vaskuler di kulit akibat faktor
imunologik dan non-imunologik, biasanya ditandai dengan edema setempat yang
timbul mendadak dan menghilang perlahan-lahan.
Urtikaria dapat terjadi pada semua umur. Penyebabnya yaitu
faktor imunologik (reaksi hipersensitivitas tipe I, II, III, IV, dan genetik)
dan faktor non-imunologik (bahan kimia pelepas mediator, faktor fisik, efek
kolinergik, alkohol, emosi, demam).
Gejala yang timbul biasanya berupa edema setempat yang
eritem, kemudian biasanya disertai gatal. Pengobatan yang selama ini diberikan
sesuai dengan kausa dan diberikan juga anti histamin.
3.2
SARAN
Penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kwalitas dan mutu
makalah yang kami buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat memberikan
informasi yang lebih berguna untuk penyusun khususnya dan pembaca umumnya.
Thank you for your cooperation, hopefully it can pay off.
BalasHapusCara Mengolah Kunyit Untuk Maag Kronis
Buah-Buahan Untuk Penderita Kista Ginjal
Hopefully you can present information like this again.
BalasHapusBiaya Operasi Ablasio Retina