Selasa, 09 Desember 2014

ASKEP GADAR SEIZURE



Skenario seizure
Ners,, anak saya kenapa??
An . A umur 3 tahun dibawa oleh kelurga ke RS karena tiba-tiba mengalami kejang, keluarga mengatakan saat An. A masih didalam kandungan ibunya mengonsomsi minuman keras dan saat lahir An. A mengalami trauma kepala. Dari hasil CT scan kepala ditemukan adanya lesi pada otak dan hasil pemeriksaan kimia darahnya BUNnya meningkat.
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Nama pasien    : An. A                                                                        Tanggal           : 16 oktober 2014
Umur               : 3 tahun                                                          Ruangan          :
·         Diagnosa medis           : seizure
·         Tindakan keperawatan yang dilakukan          :
·         Primary survey:
A: klien mengatupkan giginya sehingga menghalangi jalan napasnya.
B:pernapasan klien cepat, peningkatan sekresi mukus, dan kulit tampak pucat bahkan sianosis.
C: terjadi peningkatan nadi dan siaonis biasanya pasien tidak sadar.
D: Klien bisa sadar atau tidak tergantung pada jenis serangan atau karakteristik dari epilepsi yang diderita. Biasanya pasien merasa bingung, dan tidak teringat kejadian saat kejang
E: pakaian pasien di buka untuk melihat adanya trauma akibat kejang.
·         Web of caution
·         Data penting (subjektif dan objektif)
a.       Subjektif : Keluarga klien menyatakan anaknya tidak sadarkan diri.
Keluaga menyatakan anaknya sering mengalami kejang
b.      Objektif : Klien tampak pucat, pernapasannya cepat dan susah bernapas
Klien tampak kejang




·         Diagnosa keperawatan
ü  Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, peningkatan sekresi mucus
·         Tujuan dan kriteria hasil
ü  Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam mka diharapkan:
o   Pola pernapasan efektif dengan jalan napas paten
·         Intervensi keperawatan
ü  Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat lainnya jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandia gejala awal
ü  Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang
ü  Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada, dan abdomen
ü  Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi
·         Prinsip-prinsip tindakan dan rasional
ü  Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya benda asing ke faring
ü  Meningkatkan aliran (drainase) secret, mencegah lidah jatuh sehingga menyumbat jalan napas
ü  Untuk memfasilitasi usaha bernapas
ü  encegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan penghisapan lender. Jalan napas buatan mungkin diindikasikan setelah meredanya aktivitas kejang jika pasien tersebut tidak sadar dan tidak dapat mempertahankan posisi lidah yang aman
·         bahaya-bahaya yang mungkin muncul terjadi akibat tindakan tersebut dan cara pencegahannya.
·         Hasil yang didapat
ü  Subjektif
o   Keluarga mengatakan  pasien tidak kejang lagi
o   Keluarga mengatakan pasien telah sadar
ü  Objektif
·         Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dilakukan untuk mengatasi masalah/diagnosa tersebut secara mandiri dan kolaborasi
·         Evaluasi diri
SEIZURE ATAU EPILEPSI
1.      Pengertian
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi.akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan fenomena sensori.
2.      Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik). Sering terjadi pada:
1.       Trauma lahir, PENATALAKSANAAN
1.       Pencegahan
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi.Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan.Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan. Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.
Kejang yang tiba-tiba datang pada penderita epilepsi dapat dicegah dengan cara:
  Demam tinggi pada penderita dapat diatasi dengan cara memberi obat demam dengan penurun panas dan kompres dengan lap hangat (lebih kurang panasnya dengan suhu badan si penderita) selama kurang lebih 15 menit, bila mencapai 38.5 derajat celcius atau lebih.
  Jangan melakukan pengkompresan dengan lap yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak (akan terjadi benturan kuat karena atara suhu panas tubuh si penderita dengan lap pres dingin).
  Minum obat resep dokter secara teratur.
  Sediakan obat anti kejang lewat dubur di rumah jika kejang membuat penderita tidak mungkin meminum obat.
  Sedia selalu obat penurun panas di rumah seperti parasetamol.
2.       Pertolongan Pertama Untuk Epilepsi
  Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari benda keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya. Jika pasien di tempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
  Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.Jangan berusaha untuk membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk memasukkan sesuatu.
  Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah.Jika aira mendahului kejang, masuka spatel lidah yang diberi bantalan diantara gigi-gigi untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
  Penyandang akan bingung atau mengantuk setelah kejang. Biarkan penderita beristirahat.
  Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter.
  Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.
3.       Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) serta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th.Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.
Farmakoterapi anti konvulsion untuk mengontrol kejang. Obat-obatan ini mengontriol kejang 50% sampai 60% mengalami kejang berulang dan memberikan control parsial 15% sampai 35%.
Pembedahan     untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya anomali vaskuler. Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat jaringan otak sesedikit mungkin sehingga aktivitas kejang akan tereliminasi atau berkurang secara bermakna.
Jenis obat yang sering digunakan:
  Phenobarbital (luminal)→Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.
  Primidone (mysolin)→Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
  Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin:
         Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah DPH.
         Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis. Tak berhasiat terhadap petit mal.
         Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
  Carbamazine (tegretol):
         Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.
         Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.
         Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.
  Diazepam:
         Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi).
         Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.
  Nitrazepam (inogadon)→Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
  Ethosuximide (zarontine)→Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal.
  Na-valproat (dopakene):
         Obat pilihan kedua pada petit mal.
         Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
         Obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
         Efek samping mual, muntah, anorexia.
  Acetazolamide (diamox):
         Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.
         Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
  ACTH→Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.


2.       Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.       Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.       Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.       Tumor Otak
6.       Kelainan pembuluh darah
Ditinjau dari penyebabnya, epilepsy dibagi menjadi 2, yaitu :
1.Epilepsi Primer (Idiopatik)
Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak.Diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.

2. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)
Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawah sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.
3.Penyebab spesifik epilepsi :
1.Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.
2.Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.
3. Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak.
4.Tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada anak-anak.
5. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.
6. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak, yaitu encephalitis dan meningitis. Organ-organ dari CNS (otak dan medulla spinalis) dilapisi oleh tiga lapisan jaringan konektifyang disebut dengan meningen dan berisikan pia meter, arachnoid, dan durameter.Meningen ini membantu menjaga aliran darah dan cairan cerebrospinal.Struktur-struktur ini merupakn yang dapat terjadi meningitis, inflamasi meningitis, dan jika terjadi keparahan maka dapat menjadi encephalitis, dan inflamasi otak.
7. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
8.Kecerendungan timbulnya epilepsy yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak.
9.Gangguan mekanisme biologis : abnormalitas dalam otak  yang menyebabkan sejumlah sel-sel syaraf dan kortex serebral menjadi aktif secara serempak, memancarkan secara tiba-tiba, dan peledakan yang berlebihan dari energy elektrikal. Hal ini meliputi kerja dari kanal-kanal ion dan neurotransmitter (Gamma aminobutyric acid (GABA), Serotonin, Acetylcholine  ).
3. Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik).Otak ialah rangkaian berjuta-juta neron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
            Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik.Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang berlebihan tersebut.Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.
3.      Klasifikasi Epilepsi
1.Partial Seizures (also called Focal Seizures) / Sawan Parsial (lokal, fokal)
a.  Simple partial seizures. Seseorang dengan simple partial seizure(kadang-kadang dikenal sebagai jacksonian epilepsy)tidak kehilangan kesadaran, tetapi mungkin mengalami kebingungan, linglung, atau odd mental dan kejadian-kejadian emosional . seperti dejavu, halusinasi, respon ekstrim terhadap bau dan rasa.Sawan Parsial Sederhana  merupakan  sawan parsial dengan kesadaran tetap normal.
Dengan gejala motorik :

1. Fokal motorik tidak menjalar: sawan terbatas pada satu bagian tubuh saja.
2. Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari satu bagian tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.
3. Versif : sawan disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh.
4. Postural : sawan disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu.
5. Disertai gangguan fonasi : sawan disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu

Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial: sawan disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigo.
1.  Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.
2. Visual : terlihat cahaya.
3. Auditoris : terdengar sesuatu.
4. Olfaktoris : tercium sesuatu.
5.   Gustatoris : terkecap sesuatu.
6.   Disertai vertigo.
Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur) :
1.   Disfagia : gangguan bicara, misalnya mengulang suatu suku kata, kata atau bagian kalimat.
2. Dimensia : gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya. Mungkin mendadak mengingat suatu peristiwa di masa lalu, merasa seperti melihatnya lagi.
3. Kognitif : gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
4. Afektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut.
5.Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar.
6. Halusinasi kompleks (berstruktur) : mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu, dll.
b. Complex Partial Seizures.Sawan Parsial Kompleks (disertai gangguan kesadaran)seizure ini lebih banyak terjadi pada anak-anak yangmerupakan tipe yang kompleks.Sekitar 80% dari penyakit ini memulainya pada lobus temporal, bagian otak yang tertutup terhadap pedengaran. Gangguan ini dapat berdampak terhadap kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan, tingkah laku yang tidak terkontrol, atau emosional  dengan pandangan kosong. Sakit kepala yang berdenyut mungkin ada pada complex  partial seizure.
c.Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik).
1. Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan umum.
2. Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum.
3. Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi
4. Manifestasi klinis
Fase dari aktivitas kejang adalah fase prodromal, aura, iktal, dan posiktal. Fase prodormal meliputi perubahan alam perasaan atau tingkah laku yang mungkin mengawali kejang beberapa jam atau beberapa hari. Fase aura adalah awal dari munculnya aktivitas kejang dan mungkin berupa gangguan penglihatan, pendengaran, atau rasa raba.Fase iktal merupakan fase dari aktivitas kejang, yaitu biasanya terjadi gangguan muskuloskelektal.Fase posiktal adalah periode waktu dari kekacauan mental/somnolen/peka rangsang yang terjadi setelah kejang tersebut.
5. Komplikasi
1.Dampak pada anak-anak
Long-Term General Effects.Secara umum untuk efek jangka lama dari kejang sangat bergantung pada penyebabnya.  Anak-anak yang mengalami epoilepsi akan berdampak terhadap kondisi yang spesifik (contohnya injuri kepala dan gangguan syaraf) mempunyai mortalitas lebih tinggi dari pada populsi normal.
Effect on Memory and Learning. Secara umum anak-anak yang mengalami kejang akan lebih berdampak pada perluasan gangguan otak dan akan terjadi keburukan. Anak dengan kejang yag tidak terkontrol merupakan faktor resiko terjadinya kemunduran intelektual.
Social and Behavioral Consequences.Gangguan pengetahuan dan bahasa, dan emosi serta gangguan tingkahlaku, terjadi pada sejumlah anak dengan beberapa sindrom epilepsy parsial. Anak-anak tersebut biasanya berpenapilan denagn sikap yang burk dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
2. Dampak pada dewasa
Effect on Mental Functioning in Adults.Dampak dari epilepsy dewasa adalah pada fungsi mental yang tidak benar.
Psychological Health.  Kira-kira 25-75% orang dewasa dengan epilepsy menunjukan tanda-tanda depresi.Orang dengan epilepsi mempunyai resiko tinggi untuk bunuh diri, setelah 6 bulan didiagnosa.Resiko bunuh diri terbesar diantara orang-orang yang terkena epilepsy dan mengarah pada kondisi psikiatrik seperti depresi, gangguan ansietas, skizoprenia, dan penggunaan alcohol kronik.
Overall Health. Beberapa pasien dengan epilepsi menggambarkan dirinya dengan wajar atau buruk, orang dengan epilepsy juga melaporkan ambang nyeri yang lebih besar, depresi dan ansietas, serta gangguan tidur.faktanya kesehatan mereka dapat disamakan dengan orang dengan penyakit kronik, meiputi arthritis, masalah jantung, diabetes, dan kanker.
3.Dampak pada kesehatan seksual dan reproduksi
on Sexual Function. Pasien dengan epilepsi akan mengalami gangguan sexual, meliputi impotensi pada laki-laki. Penyebab-penybab dari masalah-masalah tersebut kemungkinan emosi, indusi medikasi, atau menghasilkan perubahan pada tingkat hormone.
Epilepsy pada childhood dapat mengakibatkan gangguan pada pengaturan hormone puberitas.
Kejang yang persisten pada adult dapat dihubungkan dengan hormonal-hormonal lain dan            perubahan neurologi yang berkontribusi terhada disfungsi seksualitas.
Emosi negatif yang mengarah pada epilepsy dapat mengurangi perjalanan seksual.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
Digunakan  untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan.EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang.Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.
2. Neuroimaging
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain:
a. CT Scan
Digunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral. Merupakan test gambaran otak pertama yang dianjurkan untuk banyak anak dan dewasa dengan kejang awal. Teknik gambaran ini cukup sensitive untuk berbagai tujuan.
Teknik penggambaran yang lebih sensitive dibandingkan dengan x-ray, mengikuti makna yang tinggi  terhadap struktur tulang dan jaringan-jaringan yang lunak.clear images dari orga-organ seperti otak, otot, struktur join, vena, dan arteri.
b. MRI (magnetic resonance imaging) kepala.
Digunakan untuk melihat ada tidaknya neuropati fokal.MRI lebih disukai karena dapat mendeteksi lesi kecil (misalnya lesi kecil, malformasi pembuluh, atau jaringan parut) di lobus temporalis.Gambaran dari MRI dapat digunakan untuk persiapan pembedahan.
Kedua pemeriksaan tersebut tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.
3. Kimia darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
4. Pungsi Lumbar. Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi.

5.  Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnsium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.
7. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi.Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan.Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan. Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.



Kejang yang tiba-tiba datang pada penderita epilepsi dapat dicegah dengan cara:
1.      Demam tinggi pada penderita dapat diatasi dengan cara memberi obat demam dengan penurun panas dan kompres dengan lap hangat (lebih kurang panasnya dengan suhu badan si penderita) selama kurang lebih 15 menit, bila mencapai 38.5 derajat celcius atau lebih.
2.      Jangan melakukan pengkompresan dengan lap yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak (akan terjadi benturan kuat karena atara suhu panas tubuh si penderita dengan lap pres dingin).
3.      Minum obat resep dokter secara teratur.
4.      Sediakan obat anti kejang lewat dubur di rumah jika kejang membuat penderita tidak mungkin meminum obat.
5.      Sedia selalu obat penurun panas di rumah seperti parasetamol.
2.Pertolongan Pertama Untuk Epilepsi
a. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari benda keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya. Jika pasien di tempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
b.Longgarkan bajunya.Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.Jangan berusaha untuk membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk memasukkan sesuatu.
c. Biarkan kejang berlangsung.Jangan memasukkan benda keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah.Jika aira mendahului kejang, masuka spatel lidah yang diberi bantalan diantara gigi-gigi untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
d. Penyandang akan bingung atau mengantuk setelah kejang. Biarkan penderita beristirahat.
e. Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya.Ini penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter.
f. Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.

3. Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) serta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th.Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.
Farmakoterapi anti konvulsion untuk mengontrol kejang. Obat-obatan ini mengontriol kejang 50% sampai 60% mengalami kejang berulang dan memberikan control parsial 15% sampai 35%.
Pembedahan     untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya anomali vaskuler. Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat jaringan otak sesedikit mungkin sehingga aktivitas kejang akan tereliminasi atau berkurang secara bermakna.
Obat-obat  yang sering digunakan:
1.      Phenobarbital (luminal)→Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.
2.      Primidone (mysolin)→Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
3.      Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin:
4.      Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah DPH.
5.      Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis. Tak berhasiat terhadap petit mal.
6.      Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
7.      Carbamazine (tegretol):
8.      Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.
9.      Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.
10.  Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.
11.  Diazepam:
12.  Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi).
13.  Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.
14.  Nitrazepam (inogadon)→Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
15.  Ethosuximide (zarontine)Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal.
16.  Na-valproat (dopakene):
17.  Obat pilihan kedua pada petit mal.
18.  Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
19.  Obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
20.  Efek samping mual, muntah, anorexia.
21.  Acetazolamide (diamox):
22.  Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.
23.  Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Naberkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
24.  ACTH→Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar