Senin, 08 Desember 2014

ASKEP SKABIES



BAB I

PENDAHULUAN


I.1   Latar Belakang
            Kulit yang menutupi tubuh adalah salah satu organ yang terbesar, sekitar 16 % dari berat badan.Kulit memiliki beberapa fungsi penting yaitu; merupakan sawar yang melindungi organisme terhadap trauma dan pengikisan, organ sensoris taktilnya menerima rangsangan dari lingkungan, dan berperan penting dalam pengaturan suhu dan keseimbangan air. Kulit terdiri dari dua lapisan utama  yaitu, epitel permukaan yang disebut epitel epidermis dan lapisan ikat dibawahnya, dermis atau corium.
            Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabie tipe humanus yang merupakan sejenis family Anthropoda yang benyak menyerang pada orang-orang yang hidup dengan kondisi hygiene dibawah standard dan orang-orang yang seksual aktif atau hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas ( dengan siapa saja, tidak memilih – milih ), sosial ekonomi rendah, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Sarcoptes Scabiei menginvasi kulit pada bagian epidermis tepatnya pada Scratum Corneum. Dimana lapisan ini merupakan lapisan sel  yang  sangat gepeng penuh keratin tanpa inti tanpa organel sitoplasma. Pada sel-sel lapisan Scratum Corneum saling melekat erat dengan dermosom yang telah dimodifikasi. Pada lapis-lapis luar Scratum Corneum yang telah mengalami kereatinisasi sempurna, sel-selnya akan mati, melonggar dan akhirnya akan dilepaskan.Sarcoptes Scabie masuk kedalam Scratum Corneum membentuk kanali kulit  atau terowongan yang lurus atau berkelok-kelok sepanjang 0,6-1,2 cm, sehingga penyakit ini menimbulkan rasa gatal dan eksema yang disebabkan oleh garutan.
            Scabies atau Kudis dapat menyerang  dan paling banyak ditemukan pada anak-anak terutama dibawah usia 15 tahun. Scabies ini juga sering menjangkit dikomunitas yang padat, pusat asuhan-asuhan, asrama dan panti-panti.
            Tempat – tempat predileksinya yaitu ; sela – sela jari tangan, pergelangan tangan bagian dalam, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae ( wanita ), pusat, bokong, alat kelamin luar ( pria ) dan perut bagian bawah.  Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

I.2   Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit Scabie, maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1.                  Menjelaskan tentang pengertian penyakit Scabie.
2.                  Menjelaskan tentang penyebab dan gejala penyakit Scabies.
3.                  Menjelaskan tentang patofisiologi penyakit dan komplikasinya.
4.                  Menyusun askep pada klien dengan masalah Scabies.





















BAB II
PEMBAHASAN


II.1 Anatomi dan fisiologi kulit





Organ kulit
1)Epidermis (Kutilkula)
 Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain seperti berikut :
a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.

b) Stratum lusidum,
berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna kulit akan menjadi semakin gelap.
2)Jaringan dermis
memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah  lapisan epidermis.
Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur sekitarnya:
a)Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.
b)Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut.Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.
c)Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut.Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
d)Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat.Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut.Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain.Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.
e)Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris.Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenisDermis (Kulit Jangat)



II.2  Pengertian
            Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular yang disebabkan oleh infestasi tungau (kutu) yang berada dalam Stratum Corneum kulit terutama pada tempat predileksinya.

II.3  Etiologi
            Timbulnya Scabies di dahului oleh infestasi kutu Sarcoptes Scabie Var Hominis yang membuat terowongan pada Stratum Corneum.

II.4 Klasifikasi Skabies
1.Scabies pada orang bersih     
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan.Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.

2.Scabies pada bayi dan anak  
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.


3.Scabies yang ditularkan oleh hewan 
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala.Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.

4.Scabies nodular         
Nodul terjadi akibat reaksi hypersensitifitas. Tempat yang sering di kenai adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila.Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.

5.Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat.Hal ini mungkin di sebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.

6.Scabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)          
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dan menderita skabies yang lesinya terbatas.

7.Scabies Norwegia atau scabies krustosa       
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali.Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei di bawahnya.Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.Bentuk ini sering salah didiagnasis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat di tegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita radiasi mental (Down’s syndrome) sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes doralis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksit jangka panjang)

II.5   Patofisiologi
            Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var Hominis kedalam lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada di sana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, tungau tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2-3 butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva atau telur menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.Sedangkan tungau jantan mati setelah kovulasi.Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan karena merasa gatal, sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder.Gatal disebabkan oleh sensitisasi terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll.Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
            Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara kulit dengan kulit misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dan juga kontak tak langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk, seprei, bantal, dll).

II.6 Manifestasi  Klinis

Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :

a.Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggipada suhu yang lembab dan panas.

b.Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruhanggota keluarga.

c.Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarnaputih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang1 cm, pada ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan,pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,areola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, danperut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dantelapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit.Pada remaja dan orang dewasadapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d.Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulitditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,impetigo, dan furunkulosis.
(Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S.2000)

II.7   Komplikasi
            Komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit Scabies adalah :
  Pioderma
  Furunkulosis
  Impetigo

II.8   Pengkajian
            Pada penyakit Scabies dapat ditemukan hasil pengkajian sebagai berikut :
1.                  Pemeriksaan fisik
1.       Bengkak / gelembung halus pada kulit
2.       Rasa gatal yang hebat dan panas pada malam hari / pruritus nocturna
3.       Kulit bintik kemerah-merahan
4.       Terbentuk terowongan berwarna putih / keabu-abuan berbentuk garis lurus pada Stratum Corneum
5.       Pustula, ekskoriasis.
2.                  Pemeriksaan penunjang
Ditemukan tungau melalui biopsieksisional dengan pewarna HE.

II.9   Diagnosa Keperawatan
1)       Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal.
2)       Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus.
3)       Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan.
4)       Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari.
5)       Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi  penyakit klien, reaksi hospitalisasi.
6)       Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya.

II.10   Intervensi Keperawatan
1)       Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal.
Kriteria hasil :
             - Klien menunjukan nyeri berkurang dan terkontrol.
             - Terlihat rileks dan dapat tidur/istirahat.
a.       Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.
R/ : Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri.
b.       Catat lokasi dan factor-faktor pencetus.
              R/ : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan asuhan.
c.       Gunakan terapi bermain, relaksasi sesuai usia dan kondisi.
R/ : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang.
d.       Biarkan klien untuk mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur/ duduk.
R/ : Pemberian posisi yang nyaman membantu klien untuk berelaksasi.
2)       Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus.
Kriteria hasil :
- Menunjukan regenerasi jaringan.
- Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka.
a.       Lakukan program terapeutik sesuai ketentuan atau dukungan dan bantu orang tua dalam melakukan rencana pengobatan.
R/ : Untuk meningkatkan pemulihan kulit.
b.       Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi gambaran lesi dan amati perubahan.
R/ : Memberikan informasi dasar tentang sirkulasi pada area graft.
c.       Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih dan kering.
R/ : Untuk meminimalkan ekskoriasis dan infeksi kulit.
d.       Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih.
 R/ : Untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
e.       Berikan pakaian yang tipis, longgar dan tidak mengiritasi.
R/ : Panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
f.        Anjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang tidak mengiritasi.
R/ : Untuk meningkatkan personal hygiene, meminimalkan rasa gatal.
g.       Berikan obat topical  sesuai indikasi  dan anjurkan kepada klien untuk tidak mandi selama pengobatan (24 jam).
- Gamecsan atau benzyl benzoat
      - Vaselin, lindane
                    R/ : Obat diatas membantu untuk mengontrol lesi/gatal.
3)       Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan.
Kriteria hasil :
- Klien menunjukan citra diri yang positif.
a.       Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan tentang penampilan pribadi dan reaksi yang dirasakan dari orang lain.
R/ : Untuk memfasilitasi koping pada anak.
b.       Diskusikan bersama anak dan orang tua tentang perbaikan kondisi kulit.
R/ : Untuk memberikan harapan pada anak.
c.       Ajarkan perawatan diri yang tepat.
R/ : Untuk mendorong rasa keadekuatan.
d.       Bantu anak memperbaiki penampilan (pakaian yang bersih).
R/ : Untuk meningkatkan citra diri yang positif.
4)       Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari.
Kriteria hasil :
- Klien melaporkan perbaikan dalam pola tidur.
- Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar.
a.       Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
              R/ : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b.       Berikan tempat tidur yang nyaman, pertahankan agar seprei tetap bersih, kering dan tidak berkerut.
              R/ : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis dan gatal      kulit disebabkan oleh kain lembab menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi.
c.       Intruksikan tindakan relaksasi dan kurangi kebisingan.
             R/ : Membantu menginduksi tidur, menciptakan situasi yang kondisif untuk tidur.
d.       Tingkatkan regrigmen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi air hangat, minum segelas susu hangat.
             R/ : Meningkatkan efek relaksasi.
5)       Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi.
Kriteria hasil :
- Orang tua dan anak menunjukan kecemasan yang minimal.
  - Klien menunjukan keterampilan pemecahan masalah dan menggunakan koping yang efektif.
a.  Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan.
R/ : Menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama.
b. Anjurkan orang tua untuk selalu berada disamping anak.
R/ : Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa kedekatan dan kesinambungan hidup.
c. Berikan permainan yang menarik kepada anak selama tidak bertentangan dengan pengobatan dan perawatan.
R/ : Dengan permainan dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan sewaktu dilaksanakan asuhan keperawatan.
d. Libatkan keluarga/ orang tua klien dalam setiap tindakan.
R/ : Meningkatkan partisipasi orang tua terhadap tindakan keperawatan di harapkan dapat mengurangi ansietas.
e. Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
R/ : Dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak dan meminimalkan ansietas.


6)       Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya.
Kriteria hasil :
- Pasien memahami alasan isolasi
- Pasien mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang tepat.
a.       Jelaskan alasan pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.
R/ : Untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembatasan.
b.       Sebelum melakukan tindakan perkenalkan diri pada anak.
R/ : Menjalin hubungan kedekatann dan meningkatkan harga diri anak.
c.       Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan penampilan fisik.
R/ : Untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

















BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Scabies adalah suatu penyakit menular yang disebabkan olehtungau Sarcoptes Scabei. Penyakit scabies dapat menular dan kulit menjadi gatal.Penularan dapat terjadi melalui kontak fisik yang erat seperti berjabat tangan, tidurbersama dan hubungan seksual, serta dapat juga melalui pakaian dalam, handuk, dantempat tidur.
B.SARAN
1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan kepada klienskabies sesuai dengan indikasi penyakit.
2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien skabies dengan baik dan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar