BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Hipertensi menjadi momok bagi
sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena secara
statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor
yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan
makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum
kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai
faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat
dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab berbagai penyakit non
infeksi. Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit
infeksi menuju penyakit non infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab
kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka
kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang
perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya
penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan
lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses
pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program
pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu
check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter.
B.
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan keluarga pada Tn. N
diprioritaskan pada diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri kepala Ny. H berhubungan
dengan KMK merawat Ny. H dengan hipertensi.
C.
TUJUAN
a.
Tujuan
Umum
Keluarga Tn. N mampu meningkatkan
derajat kesehatannya melalui pengkajian yang akan dilakukan dan pemberian
asuhan keperawatan keluarga.
b.
Tujuan
Khusus
·
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang
terjadi pada keluarga Tn. N.
·
Menganalisa dan merumuskan masalah
keperawatan yang terjadi pada keluarga Ny. N kemudian menentukan prioritas
masalah melalui skoring keluarga.
·
Menyusun rencana tindakan keperawatan
keluarga untuk keluarga Tn. N.
·
Memberikan implementasi pendidikan
kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan kesehatan.
·
Mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan kepada keluarga Tn. N.
D.
MANFAAT
a.
Keluarga
Meningkatkan kemampuan
keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri, sehingga tercipta
peningkatan status dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
b.
Mahasiswa
a. Untuk
melatih dan membiasakan mahasiswa menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
melalui asuhan keperawatan keluarga.
b. Untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga
dengan berfikir kritis melalui asuhan keperawatan keluarga.
BAB
II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
A.
Konsep
Keluarga
a.
Defenisi
Keluarga
Menurut Depkes RI tahun 1988, keluarga merupakan
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan, dan menurut bBailon dan Maglaya pada tahun 1978
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dimana merreka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Jadi keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat dimana dua orang atau lebih tinggal secara bersama dengan ikatan
perkawinan yang sah, ada hubungan darah atau merupakan adopsi dimana mereka
saling berinteraksi dan saling ketergantungan serta mempunyai peran yang
berbeda-beda atau tersendiri.
b.
Stuktur
Keluarga
·
Patrilineal
: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
·
Matrilineal
: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
·
Matrilokal :
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
·
Patrilokal :
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
·
Keluarga
kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.
Dari
struktur keluarga diatas, maka dapat dipahami bahwa struktur keluarga memiliki
ciri-ciri yaitu :
·
Terorganisasi
: saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
·
Ada
keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
·
Ada
perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
B.
Konsep
Usia Remaja
a.
Pengertian
Usia Remaja
Menurut Rodgers cit Friedman
(1998), Usia Tahap ini dimulai pada saat anak pertama
berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada
saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
b.
Tugas
Perkembangan
Adapun
tugas perkembangan keluarga pada usia pertengahan antara lain:
1.
Memberikan kebebasan
yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa
dan meningkat otonominya
2.
Mempertahankan
hubungan yang intim dalam keluarga
3.
Mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan
4.
Perubahan sistem peran
dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
C. Konsep Hipertensi
a.
Pengertian
Hipertensi
Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
b.
Etiologi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan
penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan,
2001 ).
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat
pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan
oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang
akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari
perempuan ) dan ras ( ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih )
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum
obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
c.
Manifestasi
Klinis
·
Sakit kepala atau pusing
·
Peningkatan tekanan darah
·
Rasa berat di tengkuk / kuduk
·
Kelelahan
·
Gelisah
·
Muka pucat
·
Mata berkunang kunang
·
Epitaksis
·
Telinga berdengung
·
Susah tidur
·
Mudah marah
d.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol
konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
e.
Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan
untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.( Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi
tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah sebagai berikut:
§ Restriksi
garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
§ Diet
rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
§ Penurunan
berat badan
§ Penurunan
asupan etanol
§ Menghentikan
merokok
§ Diet
tinggi kalium
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang
teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga
yang mempunyai empat prinsip yaitu :
§ Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain.
§ Intensitas
olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
§ Lamanya
latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan.
§ Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk
penderita hipertensi meliputi :
§ Tehnik
Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik
yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
§ Tehnik
relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur
atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan
cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
2. Terapi
dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak
hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1).
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (
JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita. Pengobatannya meliputi :
·
Step 1 :
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
·
Step 2 :
Alternatif yang bisa diberikan
ü Dosis
obat pertama dinaikan
ü Diganti
jenis lain dari obat pilihan pertama
ü Ditambah
obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis,
Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
·
Step 3 :
alternatif yang bisa ditempuh
ü Obat
ke-2 diganti
ü Ditambah
obat ke-3 jenis lain
·
Step 4 :
alternatif pemberian obatnya
ü Ditambah
obat ke-3 dan ke-4
ü Re-evaluasi
dan konsultasi
3. Follow
Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang
memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan (
perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
·
Setiap kali penderita periksa, penderita
diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya.
·
Bicarakan dengan penderita tujuan yang
hendak dicapai mengenai tekanan darahnya.
·
Diskusikan dengan penderita bahwa
hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas.
·
Yakinkan penderita bahwa penderita tidak
dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,
tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter.
·
Penderita tidak boleh menghentikan obat
tanpa didiskusikan lebih dahulu.
·
Sedapat mungkin tindakan terapi
dimasukkan dalam cara hidup penderita.
·
Ikut sertakan keluarga penderita dalam
proses terapi
·
Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan
bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
·
Buatlah sesederhana mungkin pemakaian
obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
·
Diskusikan dengan penderita tentang
obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin
terjadi
·
Yakinkan penderita kemungkinan perlunya
memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan
efektifitas maksimal
·
Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
·
Untuk penderita yang kurang patuh,
usahakan kunjungan lebih sering
·
Hubungi segera penderita, bila tidak
datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya
kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan
sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
BAB III
PRE PLANNING
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA ANAK REMAJA
Pertemuan I (Fase Pengkajian) Hari/tanggal:
Minggu/ 23 Maret 2014
A.
Latar
Belakang
Pada pertemuan yang akan dilaksanakan
pada hari minggu, 23 Maret 2014. Mahasiswa STIKes FORT DE KOCK akan melakukan
pengkajian pada keluarga Tn. N dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak
usia remaja. Pada pengkajian ini perawat akan mengkaji data umum, riwayat dan
tahap perkembangan, pengkajian lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga,
stress dan koping keluarga, serta harapan dari keluarga untuk kelengkapan dalam
menentukan masalah keperawatan yang mungkinterjadi pada keluarga Tn. N.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Setelah dilakukan pengkajian selama 1x45 menit
diharapkan didapat data-data kesehatan keluarga Tn. N.
2. Tujuan
Khusus
Setelah dilakukan pengkajian selama 1x45 menit
didapatkan data tentang:
a. Data
sosial budaya
b. Riwayat
dan tahap perkembangan keluarga
c. Lingkungan
d. Struktur
keluarga
e. Fungsi
keluarga
f. Stress
dan koping keluarga pemeriksaan fisik
g. Harapan
keluarga
C.
Rancangan Kegiatan
a. Metode : diskusi dan wawancara
b. Media
dan Alat : format pengkajian
keluarga, alat tulis, nursing kit
c. Hari/Tanggal : Minggu/23 Maret 2014
d. Tempat : Jln.
e. Waktu : 1x45 menit
f. Strategi
pelaksanaan :
no
|
Waktu
|
Kegiatan Mahasiswa
|
Respon Keluarga
|
1
|
5 menit
|
Orientasi
§ Mengucapkan
salam
§ Perkenalan
§ Mengingat
kontrak waktu dan tujuan pertemuan
§ Menanyakan
kesediaan keluarga
|
§ Menjawab
salam
§ Mendengarkan
§ Menyepakati
kontrak waktu & tujuan pertemuan
§ Keluarga
bersedia
|
2
|
30 menit
|
Kerja
§ Melakukan
pengkajian tentang:
ü Data
sosial keluarga
ü Riwayat
dan tahap perkembangan keluarga
ü Lingkungan
ü Struktur
keluarga
ü Fungsi
keluarga
ü Stress
dan koping keluarga
ü Pemeriksaan
fisik
ü Harapan
keluarga
§ Memberi
pujian dan semangat pada hal-hal positif yang ada dalam keluarga
|
§ Mendengarkan
dan menyimak
§ Menanggapi
§ Menjawab
pertanyaan
|
3
|
10 menit
|
Terminasi
§ Menyampaikan
kesimpulan
§ Menyusun
kontrak selanjutnya
§ Menjelaskan
tujuan kontrak yang akan datang
§ Mengucapkan
salam
|
§ Mendengarkan
§ Menyetujui
kontrak selanjutnya
§ Menjawab
salam
|
D. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi
struktur
§ Pelaksanaan
kegiatan sesuai rencana
§ Keluarga
bersedia menerima mahasiswa
§ Menyiapkan
media satu hari sebelum pelaksanaan
b. Evaluasi
proses
§ Keluarga
dapat menyambut dengan ramah
§ Situasi
mendukung tidak ada gangguan
§ Keluarga
dapat berpartisipasi aktif selama kegiatan
§ Pelaksanaan
sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
c. Evaluasi
hasil
§ Didapatkan
data-data keluarga sesuai dengan TUK minimal 80% dapat terkaji.
PENGKAJIAN KELUARGA
(TAHAP I)
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Minggu tanggal 23
Maret 2014 pada jam 15.00 sampai jam 15.45 WIB dirumah Tn. N
a.
Data
Umum
1. Nama
KK : Tn. N
2. Alamat : Bukittinggi
3. Pekerjaan : Pedagang
4. Pendidikan : SMA
5. Komposisi
Keluarga
No
|
Nama
|
JK
|
Hub dg KK
|
Umur
|
Pendidikan
|
pekerjaan
|
Status Imunisasi
|
1
|
Ny. H
|
P
|
Istri
|
45
|
SMA
|
IRT
|
-
|
2
|
An. C
|
L
|
Anak
|
17
|
SMA
|
Pelajar
|
-
|
3
|
An. A
|
P
|
Anak
|
14
|
SMP
|
Pelajar
|
-
|
Genogram:
|
Keterangan
:
: laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
6. Tipe
Keluarga
Tipe keluarga ini merupakan tipe keluarga inti
karena terdiri dari ayah, ibu dan anak.
7. Suku
Bangsa
Keluarga Tn. N merupakan keluarga dengan suku melayu
asli Riau. Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga Tn. N adalah bahasa
melayu, minang dan bahasa indonesia.
8. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. N adalah agama
islam, keluarga Tn. N menjalankan ibadah atau perintah agama cukup taat dan
rajin mengikuti acara keagamaan seperti solat berjamaah, pengajian dan
lain-lain.
9. Status
Sosial Ekonomi
Penghasilan kotor keluarga Tn. N kira- kira Rp.
400.000,- ribu perhari diperoleh dari
hasil penjualan mie bakso. Uang dari hasil penjualan mie bakso dipergunakan
oleh keluarga Tn. N untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sisanya ditabung untuk biaya pendidikan
anak-anak dan untuk biaya kesehatan. Barang-barang yang ada dirumah kelurga Tn.
N cukup lengkap seperti Kulkas, televisi, lemari besar diruang tengah, satu set
kursi dan lain-lain.
10. Aktivitas
Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn. N jarang melakukan rekreasi keluarga
karena Tn. N sibuk berjualan dan terkadang Ny. H membantu suaminya berjualan,
Namun ketika sebelum makan malam Keluarga Tn. N menyempatkan untuk menonton
televisi bersama atau bercengkrama. Keluarga Tn. N berinteraksi dengan
tetangganya ketika sore hari pada saat sedang santai, namun Tn. N jarang hadir
karena Tn. N merasa Keletihan berjualan dari jam 11.00 sampai jam 17.00 WIB.
b.
Pengkajian
dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap
perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. N berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan anak remaja.
12. Tugas perkembangan yang belum
terpenuhi
Tidak
ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.anak pertama
berusia 17 th dan yang kedua berusia 6 th masih bersekolah masing-masing
SMA dan SMP. Tn. N dan Ny. H mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya bersifat
terbuka dan masing-masing anak tahu akan tugas dan kewajibannya sebagai anak.
13. Riwayat
kesehatan keluarga inti
Ny.H
mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu darah tinggi karena ayah
Ny.H juga mengalami tekanan darah tinggi dan terkena stoke ringan yang telah
meninggal 4 tahun yang lalu, sedangkan Tn.N dan kedua anaknya tidak pernah
mengalami penyakit yang parah. (sembuh dengan obat yang dibeli di toko).
14. Riwayat
kesehatan sebelumnya
Ny.
H adalah anak dari dua bersaudara, semua saudara Ny.H masih hidup dan
dalam keadaan sehat. Tn. N adalah anak kedua dari tiga bersaudara kakak Tn.N meninggal
karena demam berdarah ketika masih kecil.
c.
Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik rumah
Luas rumah 110 m2 dengan
panjang 11 m dan lebar 10 m terdiri dari tiga kamar tidur,satu ruang tamu, satu
ruang keluarga, dua kamar mandi, dan satu dapur, merupakan rumah permanent dan
milik sendiri. Setiap ruangan memiliki cendela kecuali kamar mandi sehingga
sirkulasi udaranya cukup baik. Lantai rumah terbuat dari keramik sehingga
tampak bersih, sumber air adalah air tanah atau sumur. Sedangkan untuk
pembuangan saluran air dibuatkan pipa menuju belakang rumah yang berdekatan
dengan septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang
rumah.
|
|
|||
Keterangan :
1: kamar tidur 1
2: kamar tidur 2
3: kamar tidur 3
4: dapur
5: ruang tamu
6: ruang keluarga
7: kamar mandi & WC 1
8: kamar mandi & WC 2
9: sumur
10: tempat pembuangan
16. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Tn.N
bertetangga dengan beberapa keluarga petani, satu pegawai
negeri sipil. Semua tetangga Tn.
N beragama islam dan bersuku melayu meskipun
berasal dari berbagai daerah kebetulan tempat tinggal mereka dekat dengan
mushola sehingga mereka biasanya sholat bersama ke musahola sehingga tampak
ramai dan komunikasi mereka cukup baik.
17.
Mobilitas
geografis keluarga
Semenjak
menikah sampai sekarang Tn.
N dan Ny.H tidak
pernah bepindah-pindah tempat.
18.
Perkumpulan
keluarga dan interaksi keluarga dengan masyarakat
Keluarga Tn. N
tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti musyawarah dan
kerja bakti yang diadakan di masyarakat. Serta dapat berinteraksi dengan baik.
Keluarga Tn.N aktif
dengan kegiatan keagamaan di lingkungan rumahnya. Ny.H aktif dengan Pengajian
rutin yang dilaksanakan di masjid tiap seminggu sekali.
19. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn.N mempunyai tabungan yang digunakan untuk
keperluan mendadak dan untuk biaya sekolah anaknya nanti sehingga ketika
berobat keluarga Ny.S dapat membiayai sendiri, meskipun kadang-kadang saudara
Ny.H dan Tn.N juga membantu serta mencarikan pengobatan baik alternatif maupun
secara medis (puskesmas,dokter serta layanan kesehatan yang mendukung).
Terdapat dokter desa yag letaknya sekitar 50 m dari rumah Ny.H dan puskesmas yang
letaknya cukup jauh yaitu 100 m dari rumah sehingga keluarga lebih memilih ke
dokter desa.
d. Struktur
keluarga
20.
Pola
komunikasi keluarga
Keluarga Tn.
N dan Ny. H melakukan
komunikasi secara terbuka, sehingga anak-anaknya dapat memberi masukan tentang suatu hal
kepada mereka tanpa mengurangi rasa hormat terhadap orang tua, Ny.H adalah ibu
yang santai yang jarang memarahi anak-anaknya tapi Tn.N sangat tegas tehadap anak-anaknya dan tak segan
memarahi anak-anaknya ketika
mereka salah.
21. Struktur kekuatan keluarga
Ny.H adalah ibu
sekaligus pembantu pencari nafkah bagi keluarga, dan Tn.N menjadi
seorang ayah dan pencari penghasilan utama bagi keluarga.
22.
Struktur
peran
§
Tn. N sebagai kepala keluarga bertanggung jawab sebagai suami, ayah dan sebagai
pencari nafkah.
§
Ny. H sebagai IRT yang bertanggung jawab sebagai istri, ibu dan sebagai
pembantu mencari nafkah.
§
An.C sebagai anak pertama sekolah di SMA kelas 3.
§
An. A sebagai anak kedua sekolah di SMP kelas 1.
23. Nilai dan norma keluarga
Tidak ada nilai dan norma dalam
keluarga yang dapat mempengaruhi penyakit menurut mereka. Ny.H sakit
memang karena disebabkan oleh suatu penyakit bukan karena hal-hal
tertentu.sehingga mereka lebih memilih untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter
atau dengan obat-obat tradisional.
e.
Fungsi Keluarga
24. Fungsi afektif
Ny.H dan Tn.N menganggap
anaknya sudah tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan saling menghormati dalam
keluarga,meskipun kadang-kadang ada pertengkaran kecil antara anak-anak mereka
dikarenakan hal yang sepele tapi dengan cepat mereka juga berbaikan lagi.
25.
Fungsi
sosialisasi
Keluarga
mereka semua muslim sehingga mereka aktif dengan kegiatan keagamaan meskipun
tidak mengikuti organisasi.
26.
Fungsi
perawatan keluarga
keluarga dapat
mengidentifiksi penyakit Ny.N meskipun
secara awam,saat Ny.N kelelahan
atau sedang memikirkan sesuatu tentang anakny.sehingga keluarga dapat mengambil
keputusan dengan cepat ketika Ny.N sakit tetapi masih belum mampu meningkatkan status
kesehatan keluarga.
27.
Fungsi
reproduksi
Ny.H dan Tn.N mengatakan
tidak ingin mempunyai anak lagi mereka sudah bersyukur mempunyai dua orang anak
yang baik-baik, Ny.H masih
mengikuti program KB dikarenakan masih haid dan melakukan hubungan suami istri.
Mereka sepakat untuk membesarkan anaknya dengan baik dan memberi pendidikan
yang baik.
28.
Fungsi
ekonomi
Keluarga
mengatakan kondisi keluarga mereka tetap stabil meskipun Ny.H sakit karena
mereka mempunyai tabungan keluarga yang dapat digunakan kapan saja.
f. Stress
Dan Koping Keluarga
29.
Stressor
jangka panjang dan jangka pendek
Sejak 3
minggu yang lalu Ny.H sakit dia
semakin cemas karena memikirkan keadaanya dan anak-anaknya yang masih membutuhkan biaya untuk masa
depan, sedangkan Tn.N hanya bisa
bersabar dan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan istrinya.
30.
Strategi
koping yang digunakan
Keluarga Ny.H dan suami selalu membicarakan masalah keluarga
bersama dan sesekali bersama anak-anaknya jika membicarakan tentang
harapan-harapan mereka terhadap anaknya.
31.
Strategi
Adaptasi Disfungsional :
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga
dalam mengambil suatu keputusan.
g. Pemeriksaan
Fisik
No
|
Pemeriksaan
Fisik
|
Tn.
N
|
Ny.H
|
An.
C
|
An.
A
|
||||
1
|
Kepala
|
Simetris,
rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe.
|
Simetris,tidak
ada ketombe,Rambut sedikit kusut
|
Simetris,
rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe.
|
Simetris,
rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe.
|
||||
2.
|
Leher
|
leher
tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis,
tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
|
leher
tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis,
tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
|
leher
tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis,
tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
|
leher
tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis,
tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
|
||||
3.
|
Mata
|
Konjungtiva
tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas
|
Konjungtiva
tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas
|
Konjungtiva
tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas
|
Konjungtiva
tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan jelas
|
||||
4.
|
Telinga
|
Simetris, keadaan bersih,Fungsi
pendengaran baik
|
Simetris, keadaan bersih,Fungsi
pendengaran baik
|
Simetris, keadaan bersih,Fungsi
pendengaran baik
|
Simetris, keadaan bersih,Fungsi
pendengaran baik
|
||||
5.
|
Hidung
|
Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada kelainan yang ditemukan
|
Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada kelainan yang ditemukan
|
Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada kelainan yang ditemukan
|
Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada kelainan yang ditemukan
|
||||
6.
|
Mulut
|
Mukosa
mulut lembab,keadaan bersih,Tidak ada kelainan
|
Mukosa
mulut agak sedikit kering,Mulut sedikit kotor, makan 1x/hari porsi habis ½.
|
Mukosa mulut lembab,keadaan
bersih,Tidak ada kelainan
|
Mukosa
mulut lemb,keadaan bersih,Tidak ada kelainan
|
||||
7.
|
Dada
|
Pergerakan
dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat
palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-)
|
Pergerakan
dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat
palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-)
|
Pergerakan
dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat
palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-)
|
Pergerakan
dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat
palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-)
|
||||
8.
|
Abdomen
|
Pada
pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus 35x/mnt, tidak ada bekas luka operasi
|
Pada
pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus 35x/mnt, tidak ada bekas luka operasi
|
Pada
pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus 35x/mnt, tidak ada bekas luka operasi
|
Pada
pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus 35x/mnt, tidak ada bekas luka operasi
|
||||
9.
|
TTV
dan ekstremitas
|
TD
: 120/80 mmHg,
N
: 74x/m,
S
: 360C
R:
20x/m
|
TD
: 160/100 mmHg,
N
: 100x/m,
S
: 36,50C
R:
20x/m
|
TD:
110/80 mmHg
R:
18 x/mnt
N:
84 x/mnt
S:
36OC
|
TD:
105/63 mmHg
R:
18 x/mnt
N:
72 x/mnt
S:
360C
|
h. Harapan
Keluarga
Keluarga berharap Ny.H dapat sembuh dan petugas kesehatan
dapat memberi pelayanan kesehatan dengan baik.
PENGKAJIAN
TAHAP II
1.
Kemampuan
mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui
sedikit tentang penyakit di keluarganya seperti penyebab dan tanda gejalanya.
2.
Kemampuan
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga
mengatakan Ny. H sering pusing dan keluarga mengingatkan kepada Ny.N agar
istirahat.
3.
Kemampuan
merawat anggota keluarga yang sakit
Jika ada anggota keluarga yang
sakit, hal pertama yang dilakukan adalah membeli obat diwarung dan jika
sakitnya berlanjut segera dibawa ke dokter desa atau puskesmas terdekat.
4.
Kemampuan
keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan setiap hari
membersihkan lingkungan rumahnya, dan limbah keluarga langsung ke saluran di
belakang rumah, pembuangan sampah ditampung di tong sampah dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah akhir.
5.
Kemampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
Keluarga Ny.N mengatakan jika ada
keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter, dan jika perlu rujukan dibawa ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat.
BAB
IV
DIAGNOSA
KEPERAWATAN KELUARGA
1. ANALISA
DATA
No
|
Data
|
Masalah/Dx Keperawatan
|
1.
|
DS:
§ Ny. H mengatakan sering pusing.
§ Ny. H mengatakan merasa berat dan
sakit pada pundaknya.
§ Ny.H mengatakan mudah lelah.
§ Ny.H mengatakan sering mual muntah
dan nafsu makan menurun
DO:
§ Ny. H berumur 45 tahun
§ TD 160/100 mmHg
§ Ny. H terrlihat pucat
|
. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny.H keluarga Tn.N b.d kekurangefektifan
keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anggota keluarga yang
sakit.
|
2
|
DS:
§ Keluarga mengatakan kurang
mengetahui tentang penyakit yang diderita Ny.H
§ Keluarga mengatakan Ny. H sering
gelisah
DO:
§ Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan dengar benar tentang pengertian, pengobatan, pencegahan dan
penyebab.
§ Keluarga terlihat bingung
Keluarga
bertanya makanan apa saja yang harus dihindari
|
Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita Ny. H
b.d KMK mengenal masalah kesehatan
|
3
|
DS:
§ Ny. H mengatakan jarang
berolahraga
§ Ny. H mengatakan suka mengkonsumsi
makanan yang berlemak seperti gorengan dan berbumbu santan.
DO:
§ Ny. N terlihat lemas
§ TD: 160/100mmHg
|
Hipertensi pada Ny.H keluarga Tn.N
b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal karakteristik penyakit dan
perawatannya.
|
2. Perumusan
Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny.H keluarga Tn.N
b.d kekurangefektifan keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
anggota keluarga yang sakit.
b.
Kurang
pengetahuan tentang penyakit yang diderita Ny. H b.d KMK mengenal masalah
kesehatan.
c.
Hipertensi
pada Ny.H keluarga Tn.N b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
karakteristik penyakit dan perawatannya.
3.
Prioritas Massalah
a.
Resiko
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny.H keluarga Tn.N
b.d kekurangefektifan keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
anggota keluarga yang sakit.
KRITERIA
|
SKORE
|
PEMBENARAN
|
Sifat masalah (bobot 1)
Skala:
3: aktual
2:resiko
1:sejahtera
|
2/3x1 = 2/3
|
keluarga dan Ny. H mengetahui
bahwa Ny. H sering mual muntah sehingga nafsu makan Ny.N menurun
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
(bobot 2)
Skala:
2: mudah
1: sebagian
0: tidak dapat
|
1/2x2 = 1
|
Keluarga mengatakan Ny.H malas sekali
melakukan olah raga, kecuali jika dipaksa oleh anak-anak dan suaminya.
|
Potensial masalah untuk dicegah
(bobot 1)
Skala:
3: tinggi
2: cukup
1: rendah
|
2/3x1 = 2/3
|
Keluarga mengatakan Ny.H suka
makan makanan yang berlemak dan susah untuk di cegah.
|
Menonjolnya masalah (bobot 1)
2: berat, segera ditangani
1: tidak perlu segera ditangani
0: tidak dirasakan
|
1/2x1 = 1/2
|
Keluarga mengatakan Ny.H cukup
sering mengalami pusing dan mata berkunang-kunang.
|
Total
|
2 5/6
|
|
b.
Kurang
pengetahuan tentang penyakit yang diderita Ny. H b.d KMK mengenal masalah
kesehatan
KRITERIA
|
SKORE
|
PEMBENARAN
|
Sifat masalah (bobot 1)
Skala:
3: aktual
2:resiko
1:sejahtera
|
2/3x1=2/3
|
Ny.H mengatakan cukup sering
merasa pusing dan mata berkunang-kunang dan Ny. H pernah hampir jatuh dirumah
karena susah melihat akibat dari mata berkunang-kunang.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
(bobot 2)
Skala:
2: mudah
1: sebagian
0: tidak dapat
|
1/2x2=1/2
|
Keluarga mengatakan jika Ny.H
merasakan pusing yang hebat dan tidak dapat diatasi dengan istirahat maka
Ny.H akan dibawa ke puskesmas atau RS terdekat.
|
Potensial masalah untuk dicegah
(bobot 1)
Skala:
3: tinggi
2: cukup
1: rendah
|
2/3x1=2/3
|
Ny. H mengatakan sudah mulai
mengurangi mengonsumsi makanan yang berlemak agar penyakitnya tidak bertambah
parah.
|
Menonjolnya masalah (bobot 1)
2: berat, segera ditangani
1: tidak perlu segera ditangani
0: tidak dirasakan
|
2/2x1=1
|
Ny. H mengatakakan penyakitnya
mengganggu aktifitasnya sehingga menyusahkan keluarga.
|
Total
|
2 5/6
|
|
c.
Hipertensi
pada Ny.H keluarga Tn.N b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
karakteristik penyakit dan perawatannya.
KRITERIA
|
SKORE
|
PEMBENARAN
|
Sifat masalah (bobot 1)
Skala:
3: aktual
2:resiko
1:sejahtera
|
3/3x1=1
|
Ny.H mengatakakan penyakitnya
mengganggu aktifitasnya sehingga menyusahkan keluarga.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
(bobot 2)
Skala:
2: mudah
1: sebagian
0: tidak dapat
|
1/2x2=1
|
Keluarga Tn.N mengatakan Ny.H
sudah cukup sering berolahraga.
|
Potensial masalah untuk dicegah
(bobot 1)
Skala:
3: tinggi
2: cukup
1: rendah
|
2/3x1=23/3
|
Ny.H mengatakan aktivitasnya
terganggu.
|
Menonjolnya masalah (bobot 1)
2: berat, segera ditangani
1: tidak perlu segera ditangani
0: tidak dirasakan
|
2/2x1=1
|
Ny. H mengatakan capek dengan
penyakitnya yang tidak kunjung sembuh-sembuh dan mengganggu gerakannya
sehingga menyusahkan keluarga.
|
Total
|
3 2/3
|
|
Maka
prioritas masalahnya sebagai berikut:
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Skore
|
1
|
Hipertensi pada Ny.H keluarga Tn.N b.d ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal karakteristik penyakit dan perawatannya.
|
3 2/3
|
2
|
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh pada Ny.H keluarga Tn.N b.d kekurangefektifan keluarga dalam membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi anggota keluarga yang sakit.
|
2 5/6
|
3
|
Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita Ny. H
b.d KMK mengenal masalah kesehatan
|
2 5/6
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada tahap
perkembangan keluarga dengan aak usia remaja merupakan tahap yang paling sulit,
dimana seorang anak usia remaja harus mempersiapkan diri menjadi usia dewasa
muda dan pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja ini orang tua
biasanya telah mengalami penyakit-penyakit tertentu sehingga dapat mempersulit
anak dalam melewati tahap ini. Penyakit-penyakit yang diderita oleh orang tua
pada tahap keluarga ini biasanya hipertensi, diabetes dan gejala rematik yang
sudah terlihat.
Masalah
kesehatan keluarga dengan tahap perkembangan ini memiliki kesulitan tersendiri
karena si anak biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama
teman-temannya.
Tugas tahap perkembangan keluarga
dengan anak usia remaja dimulai ketika anak pertama berumur 13 tahun. Tugas
perkembangannya adalah Memberikan kebebasan
yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa
dan meningkat otonominya, Mempertahankan hubungan yang intim
dalam keluarga,
Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan,
Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga merupakan tugas utama keluarga dalam tahap ini.
Pada saat
pengkajian PjBL di keluarga Tn. N yang berada pada tahap perkembangan usia anak
remaja tidak ada masalah tugas perkembangan yang belum diselesaikan jadi masalah lebih difokuskan untuk membahas
masalah asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi yang diderita oleh Ny.H.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan diastolik > 90
mmHg dan sistolik > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko. Hipertensi
dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
B.
Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi
hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan
pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan
kebutuhan dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Guyton, AC.
& Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta
: EGC
Santhopo. Marcia dan Ruth N.
Knollmueller. 2007. Keperawatan Komunitas,
Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC
Doenges, ME., Moorhouse, MF.,
Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar